Suara hati trainee BRI yang kecewa
with 1681 comments
Nih ada sharing dari kawan kita.. dibaca ya guys
Tanpa bermaksud memprovokasi, saya mencoba share email seorang rekan seputar pengalaman dengan program trainee BRI. Menurut saya kasus yang dialami saudara Mawar dan teman-temannya ini wajar terjadi tidak hanya di BUMN tapi juga di swasta. Mungkin problemnya adalah arogansi dari beberapa individu yang justru membuat suasana makin panas.
Detail email
Gw and teman-teman gw tergabung dalam Ikatan MANtan TRAINEE BRI yang udah ditendang mentah-mentah setelah hampir 6 bulan melewati 6 tahap seleksi, 1 bulan lebih tahap pendidikan and 6 bulan training.
Sebenarnya menurut mas Anjar kami udah bisa disebut Pekerja belum kalau di Perjanjian Kerja kami udah tercantum berapa Upah Pokok yang kami terima, and dalam buku panduan Hak dan Kewajiban Pekerja yang kami punya selama Pendidikan, TRAINEE ada dalam Klasifikasi Upah Pekerja menurut kebijakan Perusahaan.
Gw mau minta tolong informasinya yang berkaitan dengan pengalaman IMANTRI ini, soalnya sekarang kami semua lagi berjuang untuk mempertahankan HAK kami yang seharusnya sudah diangkat menjadi Pekerja Tetap tmt 17 Mei 2007. Dimana kami semua udah mati-matian berjuang dari tahap Seleksi sampai jadi TRAINEE di Cabang masing-masing.
Selama ini nggak mudah untuk jadi seorang TRAINEE, jam kerja kami yang seringkali sama ataupun melebihi senior tanpa kompensasi uang lembur dan harus menerima 50% dari Upah Pokok Minimum Pekerja Tetap setiap bulannya, itupun untuk mengerjakan tugas senior yang posisinya kosong karena kekurangan orang or yang memang sengaja memanfaatkan tenaga seorang TRAINEE buat nyelesaiin semua tugas dia.
Volume pekerjaan yang lebih banyak dari para senior dikarenakan posisi kami yang berpotensi untuk diperas sesuka hati dengan embel-embel itu syarat yang harus kami terima kalau mau lulus and diangkat. Tapi begitu mendengar kami nggak lulus juga ditendang gitu aja, para atasan dan senior kami yang ‘TERCINTA serta TERHORMAT’ itu cuma bisa komentar BRI nggak adil, nggak mungkin kalian nggak lulus, koq baru kali ini ada TRAINEE yang nggak lulus, selama ini nggak pernah ada yang namanya TRAINEE di test sama orang KanWil dan Kanpus, kalian harus menuntut atau komplain, dll.
Dari 100%, hanya 28% lebih dikit yang lulus jadi Pekerja Tetap. Sedangkan posisi kosong yang seharusnya diisi oleh kami para TRAINEE yang lulus dan diangkat nantinya, sudah diisi terlebih dahulu oleh para senior yang dirotasi jabatannya dan posisinya digantikan Outsourcing angkatan pertama yang direkrut 3 bulan and ditempatkan 1 minggu sebelum masa training kami berakhir.
Otomatis keberadaan kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dan jauh setelah masa training kami berakhir, kami baru diberitahu bahwa kami dinyatakan tidak lulus. Kami disarankan untuk mencoba jalur Outsourcing kalau memang kami benar-benar masih ingin kerja di BRI, ijazah kami akhirnya dikembalikan beserta Perjanjian Kerja dan tanda terima penyerahan ijazah yang seharusnya diberikan pada kami paling lambat 1 bulan setelah penanda tanganan Perjanjian Kerja dan Penyerahan Ijazah kami ke pihak BRI.
Betul-betul pahit pengalaman yang kami rasakan, sepertinya tenaga kerja sudah benar-benar tidak dihargai lagi di Indonesia. Terkadang sering kali kami mendapat kata-kata kasar mulai dari tahap seleksi, dimana kami diminta untuk tidak macam-macam karena masih banyak pelamar yang ‘ngantri’ kepingin kerja di BRI. Di Cabang pun kami sering kali di suruh keluar dari BRI kalau memang tidak becus kerja, padahal kami baru saja datang ke Cabang dan dalam tahap perkenalan.
Pernah salah satu Pejabat di BRI memberi pengarahan pada para senior kami agar tidak macam-macam karena masih banyak ‘Tenaga Murah dan Lebih Muda’ yang benar-benar kepingin kerja di BRI. Apa BUMN merasa SDM itu nggak ada harganya lagi???? Atau mereka pikir sedikit biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan zaman sekarang ini ?????? Kenapa sering sekali menganggap remeh para penerus mereka???? Apa iklan A-Mild itu benar-benar slogan bangsa kita dimana Yang Muda Tidak Bisa Dipercaya Dan Dilarang Bicara?????
Ada yang mau komentar? Sumber : https://priandoyo.wordpress.com
Setuju dengan suara hati teman kita.memang kenyataan yang terjadi BRI tidak pernah menghargai pegawainya bukan hanya trainne,dan outsorcing sampai pegawai tetap seringkali tidak mendapatkan keadilan.main sembarang pecat pekerja tanpa sebab dan penelusuran yang jelas.selain itu BRI juga tidak menghargai pekerja,katanya penghargaan terhadap SDM juga tidak pernah di jalankan karena tidak adanya perbedaan gaji antara lulusan SMA dan SARJANA seperti bank swasta lain atau bank daerah.sebenarnya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari BRI yang patut diangkat kepermukaan agar bisa dijadikan pembelajaran dalam menghargai setiap pekerja.
ReplyDelete