Takbiran wingi, anakku sing mbarep ngejak metu numpak mobil, aku takok ape dijak nang ndi aku, aku dikongkon meneng ae, ternyata aku didukno nang embong."(Takbiran kemarin anak sulungku mengajak keluar aku lalu diturunkan di jalan)
Namaku Samanto, asal Brebeg, Nganjuk. Aku sendiri lupa berapa usiaku saat ini. Yang aku tahu, saat ini aku di Surabaya, tepatnya di Griya Werda, kelolaan Dinas Sosial Kota Surabaya, bukan karena keinginanku.
Satu yang tak bisa lepas dari ingatanku, saat semua orang menantikan Malam Kemenangan melalui gema takbir, saat itu pula aku ditelantarkan oleh anak kandungku, di jalan raya salah satu ruas sudut kota Surabaya.
"Sik iling aku waktu iku, disuruh lungguh nang dalan, terus montore lungo ninggal aku dewean. Onok wong nggawe seragam (Satpol PP), aku diangkut, dideleh kene, anakku mbuak aku (seingatku waktu itu aku disuruh duduk di jalan lalu mobilnya pergi. Kemudian ada orang memakai seragam (Satpol PP)," ucapku sambil tak terasa air mata mengalir dipipiku, Jumat (8/7/2016).
Memang, aku tak sebugar dulu, kulitku tak sekencang mudaku, tapi apakah aku menjadi beban bagi anak-anakku saat senja usiaku?
"Aku stroke, anakku kejem. Nang omah mak'e yo di-idek-idek, aku wis ngomong, Nduk iki wong tuwomu, ojok tego ngono (Akustroke, anakku kejam. Di rumah ibunya juga diinjak-injak, aku sudah bilang, Nduk ini orang tuamu, jangan setega itu)," ucapku sambil menerawang mengingat kondisi rumahku di Brebeg,Nganjuk.
0 Response to "MALU PUNYA AYAH STROKE, SAMANTO DIBUANG ANAKNYA.."
Post a Comment