Tak pelak lagi, kehadiran televisi dalam dua puluh tahun belakangan ini bukan hanya memicu seni industri hiburan. Tapi juga memberikan ruang yang agak luas bagi para ustadz. Namun, sayangnya tak bisa dipungkiri, bahwa karena masuk wilayah publik yang begitu umum itu pula, sebagian dari mereka yang tampil di televisi jadi bergeser; apa ini artis ataukah ustadz sungguhan.
Perbedaan Ustadz Artis dan Ustadz Sungguhan
Ust. Ahmad Syarwat, seorang penggiat Islam yang insyaAllah istiqomah, membuat beberapa catatan bagaimana perbedaan ustadz yang artis dan ustadz beneran. Berikut di antaranya:
- Artis butuh manager, tapi ustadz butuh perpustakaan
- Artis lewat manager minta bayaran tinggi dan pakai tarif, tapi ustadz lebih sering dibayar dengan ucapan syukran
- Artis tampil sesuai selera dan permintaan pasar, tapi ustadz menyampaikan risalah langit
- Artis tidak belajar ilmu agama, tapi ustadz wajib nyantri dan kuliah bertahun-tahun
- Artis haus popularitas, tapi ustadz haus ilmu dan hidayah
- Artis hidup akrab dengan dusta, gosip dan kepalsuan, ustadz akrab dengan kewaraan, kesederhaan dan kerendahan hati.
- Artis mengumpulkan penonton yang membeludak, ustadz mendidik dan melahirkan calon ulama
- Artis butuh yel-yel, kostum, joget, nyanyi dan akting, ustadz mengajar lewat hati
- Artis ceramah biar orang tertawa menangis dan menghibur, ustadz mengajarkan ilmu agar Allah turunkan hidayah
- Artis butuh media, TV dan wartawan khususnya infoteinmen, tapi ustadz butuh majelis ilmu, kitab dan perpustakaan
- Artis sering jadi bintang iklan, tapi ustadz lebih suka bicara kebenaran
- Artis dikerumuni sesama artis dan fans, sementara ustadz dikerumuni orang-orang yang ingin mengaji dan mensucikan diri.
Berapa Tarif Ustadz Jadi-Jadian (Ustadz Artis) di Indonesia?
Ummat: “Ustadz Ganteng, mohon maaf, berapa ya kami perlu ganti untuk transportasi?”
Ustadz Ganteng: “Untuk administrasi aja ya, sediakan aja 30 juta, 10 juta dibayar di depan ke account saya. O ya, kalo nggak jadi DP-nya angus ya..”
Cerita di atas bukan rekaan. Tapi betulan terjadi. Dalam beberapa tahun belakangan ini, bermunculan begitu banyak ustadz di negeri kita. Yang paling membuat ustadz-ustadz ini begitu dikenal secara cepat, salah satunya adalah karena media massa, khususnya elektronik atau televisi. Tampil di televisi, maka dipastikan si ustadz itu akan langsung terkenal. Tak peduli, kapasitas ilmunya memadai ataupun tidak.
Ustadz-ustadz ini kemudian menjadi buah bibir masyarakat. Segala kehidupannya disorot oleh infotainment. Tak ada bedanya sama sekali dengan para artis. Termasuk juga soal urusan ranjang, mereka beberkan di depan publik.
Yang juga menggelitik sebagian kalangan, berapa tarif mereka?
Ust. Ahmad Sarwat, yang pernah mengelola dan menjadi Pemimpin Redaksi situs berita Islam eramuslim mengatakan bahwa, “Ramadhan kemarin ada panitia ceramah yang ngaku terus terang ke saya bahwa seharusnya yang diundang bukan saya, tapi ustadz X. Tapi gagal gak jadi diundang lantaran pihak manager gak mau turun lagi TARIF-nya dari angka 30 juta untuk ceramah 15 menit menjelang buka puasa. Akhirnya yang diundang saya yang bisa dikasih “syukron” doang.”
Di jejaring sosial Multiply atau tepatnyathetrueideas, seseorang menulis: “…….dulu pernah menjadi bagian dari “dakwah jutawan” semacam ini, contohnya ingin mendatangkan seorang dai dari bandung, mungkin hampir 100 jutaan, alasannya sich mereka punya kantor, punya anak buah yang harus dibiayain, uang hotelnya (minta hotel yang bagus/mahal), dan saat kita minta datang sendiri atau paling tidak minimal dengan beberapa orang saja maka bagian agennya bilang tidak bisa karena harus datang dengan rombongan, karena tidak ada dananya maka yang begitu itu tidak jadi dilakukan.
Pernah denger juga cerita, jadi di kampus saya pernah mau datangi seorang ustadz. Bliau bersedia asal dibayar minimal 40 juta. Gilaaaa!!!”
Sementara dari id.answers.yahoo, seorang lain berkomentar: “…honornya untuk setiap acara berbeda tetapi minimum sekarang 15 juta, ada yang bahkan memberikan ratusan juta rupiah, karena memang beliau tidak mau menetapkan tarif, jadi terserah yang memberi (yang memiliki acara) dan 5 juta setiap pertemuan untuk acara2 yang tampil secara rutin di televisi.”a.
0 Response to "Fenomena Ustadz Artis (Ustadz Jadi-Jadian) dan Ustadz Sungguhan"
Post a Comment