KARENA BAPAKNYA MENINGGAL IAPUN KECEWA MENJADI ORANG BATAK .. PANTASKAH ???

Saya Orang Indonesia (Jangan Kawin Sama Orang Batak II)

Bulan July kemaren ada yang meninggalkan sebuah pesan di topik: Jangan Kawin Dengan Orang Batak! Gee….gw baru baca komen-nya hari ini, dan tiba-tiba merasa ~~kalau kata orang Sunda~~ peureussss di hati. Pedih! Ga ada hubungan sama komen itu, cuma tiba-tiba aja terlintas pikiran yang udah haunted lama di dasar otak gw.
Sudah beberapa tahun ini jika orang nanya sama gw: Mbak ini orang apa? maka gw akan menjawab: saya orang indonesia. Sering-sering orang nyangka gw becanda, lalu tersenyum dan memperkuat pertanyaannya: Maksudnya, asalnya dari mana? Gw jelas tau maksud pertanyaannya, gw hanya menghindar.
Berada di pesta pernikahan orang batak dan arisan orang batak ga pernah membuat gw merasa nyaman. Selain asap rokok yang tidak familiar dengan gw, dan benar-benar merupakan jenis polusi paling nyebelin-ever buat gw, adat istiadat yang berlaku juga membuat gw sering-sering merasa terhina daripada merasa belong-to.
Contoh yang paling gw inget adalah waktu bokap gw meninggal. Gw adalah anak-nya. Anak-nya yang paling tua. Dan gw merasa dekettttt banget sama bokap gw. Sedih hati-nya adalah, oleh banyaknya orang yang datang berkunjung, gw ga merasa terhibur malah tambah sedih hingga gw pingsan dan menangis melolong. Bukan kepergian bokap yang paling menyayat hati gw, tapi kenyataan bahwa orang-orang yang datang itu ~~baca:orang batak~~ ‘menendang’ gw dari berlama-lama memandang terakhir kalinya jenasah bokap, dan menganggap bahwa mereka-lah yang paling patut untuk menghias peti mati-nya dan duduk di sebelah jenasah my very own father!
Dalam upacara adat batak untuk melepas jenasah itu, gw samasekali ga masuk itungan. Jangan-lah disuruh duduk di samping peti mati bokap gw, berada di ruangan yang sama pun gw hampir-hampir ga boleh kalo gw ga betereak permisi minta jalan: “Saya anaknya! saya anaknya!” Semua orang mengarahkan punggung-nya dan melotot marah ketika saya minta jalan. Bukan hanya gw yang sakit hati, adik-adik gw yang perempuan empat orang juga merasakan hal yang sama. Miris banget. Hingga belakangan setelah peristiwa itu saya ga kaget ketika mereka menyatakan ogah kawin sama orang batak. Satu-satunya yang terus-menerus dipanggil-panggil adalah adek gw laki-laki satu-satunya. As if, my father only have one child ever in his life.
Sebisa mungkin hingga hari ini gw menghindar dari arisan orang batak. Paling segen gw dengan acara-acara sedemikian. Tidak nyaman. Tidak friendly. Tidak kepingin. Udah hampir empat-puluh taun usia gw, dan sejauh ini belon pernah sekali-pun gw merasa bersahabat dengan lingkungan tersebut. Belum pernah dalam acara apapun juga, pernikahan atau kematian di keluarga gw, gw merasa di welcome or well-comfort oleh orang-orang yang menganggap diri mereka pemangku adat batak. Gw lebih merasa diinjek, dicela, dimaki dan ditendang.
Kadang gw berasumsi bahwa keengganan tersebut berhubungan erat dengan kebudayaan bikinan seperti rokok, kopi, kartu, bir dan saksang. Saya seringkali bete kalo menanyakan jenis makanan, lalu dikomentari: Ah, makanan apapun halal nya…mana ada yang haram.  Halal atau haram adalah wilayah pribadi.  Sama dengan agama dan kepercayaan. Saya tidak percaya dalam SOP budaya batak ada keharusan untuk orang batak makan darah.
Anggota jemaat gw banyak juga orang batak, temen deket gw banyak juga orang batak, tetapi mereka termasuk kategori yang mengharamkan babi dan anjing, tidak merokok dan minum bir dan memilih nonton DVD daripada main kartu. Dan ternyata, dengan mereka pergaulan gw ga ada masalah, gw merasa damai dan gw tidak merasa salah tempat.
Gw meyakini bahwa memang kita ga bisa mengeneralisasi orang berdasarkan suku dan ras-nya.  Namun, bagaimana gw bisa keluar dari  opini yang negatif kalo setiap kalinya yang gw liat dan gw harapkan adalah hal berbeda. Contoh:  Adik gw menikah, memang gw adalah parhobas-nya. Namun, apa masuk akal, seorang perempuan yang berdandan nyalon beberapa jam demi tampil cantik di pernikahan adiknya, disuruh-suruh dan dipanggil-panggil oleh pria-pria yang duduk santai merokok dan minum kopi dengan kata-kata merendahkan seperti: “He, saya belum dapat minumannya!” atau “He, disini belom dapat, bagaimana sih, masak yang sana terus yang dapat sih *lalu memaki*”. Saya harus katakan bahwa belum satu kalipun seorang pria batak yang saya temui dalam acara-acara sedemikian yang tidak memandangi saya dengan tatapan kurang ajar, seolah-olah penampilan saya adalah sebuah godaan untuk mereka! Wajar saya tidak suka acara-acara dimana banyak orang batak berkumpul, karena ditatap sedemikian hanya membuahkan dua reaksi: tersinggung dan mau marah.
Saya tahu benar bahwa saya tidak boleh melabel setiap orang batak dengan cara yang sama. Namun, sekali lagi, bagaimana cara nya saya keluar dari opini negatif, jika yang saya lihat dan saya dengar hanya mendukung opini itu.  Para wanita bertubuh subur dengan gelang dan perhiasan keroncong yang seenaknya menyuruh-nyuruh saya: “Ambil cuci tangan! Bikin ini! Bawa itu!” dan kemudian mencela dengan seenaknya: “Ah, bagaimana pulak yang satu ini, kurang gesit!” Astaga! Padahal saya dikenal sebagai seorang fastmover.  Adik ipar saya dicela lebih pedas: “Hey, gemuk kali kau, nanti suamimu lari!”
Yang mencela jelas tidak lebih cantik ataupun lebih langsing dari yang dicela.  Belakangan saya tahu juga para pembicara adat yang reseh luar biasa itu ternyata dalam struktur kemasyarakatan bukanlah seorang manager yang cakap atau direktur perusahaan yang kaya raya. On average, malahan, mereka tergolong dalam kaum elit berprofesi tambal ban atau supir metromini.  Saya jadinya mengambil kesimpulan bahwa pantas saja mereka bersikap tidak sopan kepada suhud atau si empunya pesta, karena dalam keseharian, saya-lah yang lebih wajar bersikap arogan terhadap mereka. Pesta batak satu-satunya wadah dimana mereka merasa equal dengan orang-orang berpendidikan lebih tinggi dan berkarir lebih sukses. Nah lo.
Gw seneng dengan tarian, nyanyian, ulos, tao toba dan lainnya. Tapi bukan hanya orang batak yang memiliki beautiful culture seperti itu. Gw ga menyangkal diri gw sebagai orang batak, tetapi gw juga tidak bisa memaksa diri gw untuk menjadi seorang batak yang suka makan di lapo.
Better of all, gw menyatakan diri gw sebagai orang Indonesia.

15 Responses to "KARENA BAPAKNYA MENINGGAL IAPUN KECEWA MENJADI ORANG BATAK .. PANTASKAH ???"

  1. Hoaks.kelihatan karangan belaka.cerita banyak yg ganjil.keterangan mengenai dirinya aja gak jelas n lokasinya ntah dmn

    ReplyDelete
  2. Ganti kelamin aja kalo mau di perhatikan dalam adat.
    Memang sudah kodrat nya boru batak dimana pun kerja di dapur walaupun itu acara adik nya sekalipun. Saya yg tidak pernah ada adat atau anda yg terlalu menyombongkan diri karna pangkat atau jabatan ada. Ingat di adat batak pangkat presiden sekalipun tidak berlaku selama anda boru atau bere maka anda harus patuh pada hula-hula. Btw ada nama fb nya ngk?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga usah ganti kelamin, klo dia nikah pasti ngerasain jadi hula2 ketika ada acara ito dari suaminya

      Delete
    2. Ga usah ganti kelamin, klo dia nikah pasti ngerasain jadi hula2 ketika ada acara ito dari suaminya

      Delete
  3. Ajari hamu jo boh itoanon.... HahhahaaaaHahhahaaaa.

    ReplyDelete
  4. Otoni itoanon... songononma molo pagodanghu mangalang dodak dht happa...ai tung na bergizi jo alang da itonan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha ha....dodak,happa, ampas dohot leo ma muse

      Delete
    2. Ha ha ha ha....dodak,happa, ampas dohot leo ma muse

      Delete
  5. Klw coment2nya kasar, mungkin kakanda ini akan semakin illfeel dgn org batak. Dan respon2 yg kasar akan semakin menguatkan pendapat2nya ttg org batak. Klw mmg org batak tak seperti yg dia maksud, hrsnya berilah jwban yg simapati dan empati, dan dgn begitu akan memudarkan pandangan negatifnya ttg org batak. Dia hnya kecewa yg bertumpuk tumpuk dgn org batak, hrsnya kita bisa menyikapinya dgn positif dan berdoa semoga dia bisa memaafkan dan menerima dirinya sendiri

    ReplyDelete
  6. Klw coment2nya kasar, mungkin kakanda ini akan semakin illfeel dgn org batak. Dan respon2 yg kasar akan semakin menguatkan pendapat2nya ttg org batak. Klw mmg org batak tak seperti yg dia maksud, hrsnya berilah jwban yg simapati dan empati, dan dgn begitu akan memudarkan pandangan negatifnya ttg org batak. Dia hnya kecewa yg bertumpuk tumpuk dgn org batak, hrsnya kita bisa menyikapinya dgn positif dan berdoa semoga dia bisa memaafkan dan menerima dirinya sendiri

    ReplyDelete
  7. Saya juga lahir dan besar di kota. Saya juga sudah menjalani adat untuk memberangkatkan ayah saya ke kubur. Gak pernah tuh mengalami diabaikan wkt adat pemberangkatan ayah saya. Gini aja nona, coba pulang kampung kamu nona...biar belajar dulu dalihan na tolu. Biar segar dikit otak itu akh...banyak org mau jd halak batak...malah kamu risih sama adat batak. Asing itoan on...awak aja pengen belajar lebih dalam lg ttg adat batak

    ReplyDelete
  8. Saya juga lahir dan besar di kota. Saya juga sudah menjalani adat untuk memberangkatkan ayah saya ke kubur. Gak pernah tuh mengalami diabaikan wkt adat pemberangkatan ayah saya. Gini aja nona, coba pulang kampung kamu nona...biar belajar dulu dalihan na tolu. Biar segar dikit otak itu akh...banyak org mau jd halak batak...malah kamu risih sama adat batak. Asing itoan on...awak aja pengen belajar lebih dalam lg ttg adat batak

    ReplyDelete
  9. Ito...sering2 nonton youtube ya, disana, diluar negri sana,banyak org batak lahir nya disana,dan mereka sangat mencintai budaya kita(batak)
    Dan gambaran yg ito paparkan disini,sama skali tidak benar adanya
    Ito lebih banya belajar dari perempuan2 batak lainya deh

    ReplyDelete
  10. Gpp lah ito ini mau curhat, biarkan saja. Tidak bisa 100% dipaksakan. Mungkin ito ini mengalami kepahitan di dunia sekitarnya sampai kecewa seperti itu. Mungkin dunia dikeluarganya ya manusia2 yang perokok, pemain kartu, tuak beer dll yg negatif.

    Tapi kalo saya, saya sangat BANGGA menjadi orang batak. Dan saya akan didik keturunan saya menjadi BATAK yang baik. Dan seharusnya itu menjadi tugas Ito juga untuk memperbaiki generasi batak menjadi lebih baik, bukan menyerah dan menghujat. Kasian orang tua mu, apapun alasan mu tetap darahmu adalah BATAK.

    ReplyDelete

wdcfawqafwef